
Sahabat adalah pelangi. Kadang ia penuh menjulur dari ujung barat dan ujung timur. Indah. Pernah aku hanya melihatnya salah satu ujungnya saja. Satunya terpotong genteng tanah liat kumuh yang mengampar. Tapi ia tetap indah dan menyusupi jiwa. Yang penting, ia sejatinya pelangi.
Nah... kemarin aku menyangka telah melihat pelangi. Aku dekati, aku baui, aku sentuh, ternyata bukan. Sepertinya tadi kulihat ujung warna-warninya di balik kaca.
Aku kira aku melihat pelangi.
Baru kali ini harapanku menemukan pelangi tak terpenuhi.
Ternyata dua kali aku menyangka aku melihat pelangi.
Dua kali.
Eh.. ilusi!
Hoooy... hoyyy.. banguuuuuunnn!!! Byuuuuuur!! Keciprakkkk!! Mpok Eneng nyiram seember air ledeng. Untung bukan air got. Hari giniiiiiiii liat pelangi??? Di tengah kota yang mengusir udara? Mimpi kali, lo!
Mimpi ya??? *Garuk.. garuk...*
Melongo.
Ah... biarin... mimpi itu kunci kan? Iya kan Bang Andrea?