Tuesday, September 23, 2008

Sex Before Married

Selasa kemarin saya berkesempatan menggantikan Kang Iwan Januar untuk bedah buku karya beliau, "SEX BEFORE MARRIED." Sudah minggu lalu sih, tapi masih kepikiran sampai sekarang. Fakta-fakta yang saya bawa ke acara itu cukup mencengangkan --setidaknya menurut saya, tapi ternyata di sana saya sendiri yang bengong disuguhi temuan yang lebih mengejutkan. Menurut salah satu guru di sana, hampir 50% siswa SMK itu sudah pernah melakukan hubungan seksual pra nikah. Waakss....

Waktu saya bicara di depan... hmm.. keliatan beberapa siswa -kelompok, biasalah peer group-- yang really ignorant. Beberapa kelihatan cuek, tidak penah menatap, mengalihkan pandangan, bahkan ketika saya berbicara ke salah seorang siswa. Mereka kelihatan gelisah, seperti orang yang sedang diadili, hehe... maaf ya. Kasian sekali. Padahal menurut saya bicara saya cukup objektif, nggak judmental, dan nggak pake dalil-dalil. Sengaja, supaya mereka tersadarkan bukan karena ancaman, tapi karena murni dari pengetahuan, rasionalitas, dan nurani mereka sendiri. Saat membeberkan informasi-informasi penting, suara2 celetukan tidak terdengar, hanya senyap. Padahal sebelumnya saya harus pasang suara setinggi mungkin. Aroma kengerian tertangkap di udara. MIsalnya saat saya menjelaskan tentang fakta bahwa pemakaian kondom dalam hubungan seks pra nikah tetap mengandung risiko tertular PMS ataupun kehamilan. Atau ketika saya cerita dengan cukup detail tentang proses aborsi --sayangnya nggak bawa film keluaran HTI itu. Ada wajah-wajah terkesiap.

Tapi itu hanya sebagian kecil sih, sebagian besar menyimak, merespon, dan tampak prihatin, terlihat dari air muka mereka. Namun, sebagian kecil orang itu tetap membuat saya terluka dan perih.

Bencana apa ini? Pertanda apa? Ketika generasi muda tidak peduli pada dampak perbuatan tangan mereka. Ketika kita mengakui dosa sambil tertawa renyah tanpa beban? Ketika kaum muda sudah tak mau lagi peduli.. usah putus asa dan kehilangan arah? (halah... sedih2 sempet2nya nyanyi jadul :P)

Di luar itu semua... it's such a precious and wonderful experience, setelah sekian lama meninggalkan masa ABG dan tidak berinteraksi dengan mereka lagi. Setelah membiarkan diri menjeda masa dengan para pemimpin masa depan itu. Kangen masa2 jadi mentor di SMA 3 dan SMP 58 dulu. Rindu saat2 berdiskusi panjang lebar tentang hati, hidup, orang tua, cita-cita dengan bunga-bunga yang baru saja bermekaran. Dengan luapan keceriaan dan semangat yang menghangatkan itu.

Semoga bunga-bunga zaman itu tidak mekar sesaat di waktu pagi untuk kemudian menguncup kembali serta gugur dan mengering di sore hari seperti morning glory di teras rumah saya. Semoga adik-adik dan teman-teman bisa meraba nurani terdalam mereka. Karena sesungguhnya setiap kata dan perbuatan yang kita lakukan mangandung risiko dan konsekuensi yang tidak penah remeh bagi kehidupan kita sendiri dan kehidupan orang lain. Dan semua itu harus kita pertanggungjawabkan kepada manusia, terutama di kepada Pencipta dan Pemilik kehidupan.

0 comments: